Senin, 04 Oktober 2010

Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987 (Sambungan Terakhir)

Nih dia bagian terakhir dari cerita ini...

Sang maut kemudian datang. Setelah berjalan 8 km meninggalkan Sudimara, di km 17, Slamet mengharapkan KA 220 berhenti, namun tiba-tiba ia kaget melihat lokomotif BB30616 yang menarik KA 220 ketika jarak antar keduanya tinggal 30 meter. Jalan di situ menikung membentuk huruf S. Penumpang di kedua loko kaget & sontak berteriak sambil berlompatan keluar, bahkan yang di atap pun ikut melompat, "Kereta!! Kereta!! Kereta di depan!!!" KA 225 yang saat itu bergerak dengan kecepatan 45 km/h di trek lurus tak mampu mengerem & memberitahu KA 220 dengan kecepatan 25 km/h yang baru saja melewati tikungan.

Dalam jarak sedekat itu upaya mengerem dari Slamet akhirnya sia-sia. Menurut teori, dengan kecepatan 50 km/jam kereta api itu baru bisa dihentikan setelah 400 meter.
Jarak pun semakin dekat. Waktu menunjukkan jam 07:10. Amung dan Mujiono berhasil selamat dengan berjongkok di lantai loko. Namun Slamet dan Soleh tak sempat bereaksi, dan sesaat kemudian...

DHHHUAAAAAARRRRRR!!!!!

Suara benturan mengagetkan warga sekitar, dan membuat mereka berduyun2 melihat ke arah asal suara itu. Gerbong pertama dari kedua rangkaian 'menelan' kedua loko. Kepingan-kepingan gerbong yang hancur berserakan di lokasi. 100 orang tewas tergencet gerbong. Yang bikin bulu kuduk bergidik, kebanyakan korban ditemukan dalam keadaan terpisah-pisah anggota tubuhnya. Bahkan temanku (railfans juga) melihat potongan kaki dan tangan menyembul dari balik bangkai gerbong, serta potongan kepala berserakan di tanah (hiiii....)... Masinis dan ass.nya 225 luka parah, dan satu persatu korban tewas bergelimpangan di loko dan gerbong...
Dari sumber yang terpercaya, 200 orang lebih tewas, 300 lebih luka-luka. Kebanyakan korban tewas ditemukan dalam keadaan anggota tubuhnya terpencar-pencar... (hiiiyyy... tambah serem lagi nih)

Setelah kejadian itu, warga didera teror mistis yang membuat mereka dan keluarganya (bahkan ada yang bilang semua keluarganya) mengungsi hingga 1 bulan... kebanyakan mereka mengaku ditemui oleh potongan kepala, potongan tangan yang menggedor2 pintu atau merayap di rel, potongan kaki di sepanjang rel, manusia dengan anggota tubuh terpenggal atau hancur berdarah2 dll. Namun sekarang ini teror tsb tidak seseram dulu, hanya mengganggu orang yang kebetulan lewat di sana... dan wujud penampakkannya juga lain...

Sekian ceritaku tentang tragedi berdarah yang paling memilukan di Indonesia... semoga ini jadi bahan pelajaran untuk Anda semua.

Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987 "2"

BB 30616 seminggu sebelum kejadian Kecelakaan maut Tragedi Bintaro

Mesin Blower Milik loko BB 30616 yng didalamnya penuh organ Manusia
Nih lanjutannya...

-------
Pada pukul 06.55 pagi itu kereta 225 akhirnya berangkat tanpa izin Djamhari, dan semua crew yang melihat langsung panik...
Juru langsir pun panik dan berlari, untungnya berhasil naik di gerbong paling belakang.
Djamhari juga ikut-ikutan panik dan mengibas-ngibaskan bendera merah. Selain itu, sinyal atau biasa disebut palang kereta api yg menggerakkan sinyal masuk arah KBY dinaikturunkan berkali-kali... tp tdk terlihat oleh Suradio. Dy berusaha mengejar KA 225 dengan berlari krn panik .... trs teriak "tolong ... pasti tabrakan ..... tolong .... pasti tabrakan ...." trs berhenti berlari kemudian kembali ke ruangan sambil menangis ..... memberitahu ke Umriyadi agar usahakan KA 220 diberhentikan di Pondokbetung...
Sementara itu beberapa crew mengejar 225 dengan motor tapi ga berhasil...
Sementara itu Umriyadi hanya tenang2 saja dan (dengan sombong) menjawab "gw sih dah bener .... elo aja yg kasih semboyan bahaya ..."
Tapi semua upaya crew Sudimara untuk menghentikan 225 sia-sia. Kereta api Suradio (Slamet) seakan sudah dituntun menuju maut. Tanpa sadar, nasib naas menunggu mereka. Para penumpang yang duduk di atap gerbong rupanya gembira kereta berangkat lebih cepat. Mereka pun malah menyoraki Djamhari, "huuuuu....." sambil tertawa-tawa.

Djamhari akhirnya membunyikan semboyan bahaya ke bel genta perlintasan .....
PJL Bintaro(PJL.57A)  pun bingung ... kok ada genta berulang-ulang .... dikiranya bel genta percobaan ..... (kemudian diketahui bahwa PJL.57A (Bintaro)  tidak hafal semboyan genta) ...
KA 220 melewati PJL Pondokbetung tanpa peringatan dari ybs (seharusnya PJL.57A Bintaro menghentikan KA 220) ...... (setelah PJL.57A (Bintaro) terdapat lengkung jalan huruf "S" maka disitulah terjadi tabrakan KA 220 dan KA 225) ..... kurang lebih 200 meter dari PJL Pondok Betung arah ke SDM.

ceritanya masih lanjut lagi nih...
(bersambung)

Tragedi Bintaro 19 Oktober 1987


Pagi itu pukul 06.45, KA 225 yang ditarik lokomotif BB30316 dengan masinis Slamet Suradio dan ass. masinis Soleh berhenti di stasiun Sudimara dengan membawa +/- 700 penumpang yang sesaknya minta ampun, bahkan sampe ke loko. Kereta naas tsb berhenti di sepur (jalur) 3, dan sedang bersilang dengan KA 220 yang ditarik loko BB30616 dengan masinis Amung Sunarya dan ass.masinis Mujiono dengan membawa +/- 500 penumpang yang juga berdesakan yang sedang berada di sepur 2 Kebayoran Lama.

Kemudian Djamhari, PPKA Sudimara memberitahukan persilangan di Kebayoran (saat itu di sepur 3 ada KA 1035 Indocement dan di sepur 1 ada 2 gerbong kosong rusak). Namun PPKA Kebayoran Lama Umriyadi menolak pemindahan persilangan KA dan tetap bertahan bahwa KA disilangkan di Sudimara, dan terjadi perseteruan antara Djamhari dan Umriyadi tentang pemindahan persilangan yang pada akhirnya dimenangkan oleh Umriyadi.
Kemudian Umriyadi memberangkatkan 220 dengan semboyan 35, 40, dan 41, dan disetujui oleh Djamhari.

Djamhari berniat mengosongkan sepur 2 untuk menampung KA 220 dengan memindahkan 225 ke sepur 1. dan memberikan perintah kepada Juru Langsir u/ mengambil bendera merah tanda melangsir KA 225 ke sepur 1. Juru Langsir membawa bendera merah menuju lokomotif 225 dan meniup peluit semboyan 46 untuk memberi peringatan kpd masinis dan penumpang bahwa KA 225 akan dilangsir, tanpa membatalkan perintah persilangan yg terlanjur diserahkan kpd Masinis KA 225.

Suradio mendengar peluit semboyan 46 Djamhari tanpa memastikan apakah Djamhari menunjukkan semboyan 40 atw tidak (krn lok penuh penumpang shg dy tdk dapat melihat posisi Djamhari), dan menanyakan kpd penumpang di luar lok "berangkat ya ??"... dan penumpang menjawab "berangkat !!!!", maka tanpa ragu ia membunyikan semboyan 35... kemudian semboyan 41 tanpa melalui semboyan 40...

(konon, Suradio kayak dibisiki oleh setan budeg, tak mendengar teriakan Djamhari)

Mau tahu apa yang terjadi selanjutnya? Ikuti terus yahhh ceritanya... (maaf bukan OOT lho, soalnya cerita ini nyambung sama misterinya)

Cerita KA Senja Utama Semaranag VS. KA Argo Bromo Anggrek

malam itu,,tepat pukul 19:30 KA Senja Utama Semarang dar st.pasar senen menuju st. semarang tawang,,di awali dengan semboyan 35 ny,,kereta itu berjalan menyusuri membelah gelap dan dingin ny malam,,Tugas yang yang rutin di lakukan tak pernha kenal lelah dan tak pernah mengeluh,,
Q laju KA seperti biasa ny,,tak terberesit sedikit pun bahwa maut akan mengancam,,Stasiun demi Stasiun Q lalui,,gelap ny malam Q lalui,,dingin ny malam Q lalui,,
Hingga menjelang pukul 03:00 dini hari KA Q sebagai senja utama semarang masuk st.petarukan..Q berhenti untuk memberi jalan kepada teman Q KA Argo Bromo Anggrek,,
Lokasi TKP kejadian Kecelakaan KA Argo Bromo Anggrek VS.Senja Utama
CC 20340 dipo induk SDT with KA.Argo Bromo Anggrek
namun,,di sini awal dari maut itu terjadi,,Q yang sedang berhenti tuk memberi jalan Sang Anggrek,,tetapi bagaikan petir yang menggelegar menghantam KA senja utama yang memecah kesunyian dini hari itu,,
Anggrek yang seharus ny berhenti ternyata berjalan terus dan masuk di jalur Q,,tabrakan itu tak mungkin di hindari,,
Tubuh Q hancur berantakan,,nyawa puluhan penumpang Q melayang sia-sia,,darah bertumpahan,,jerit tangis,,minta tolong terdengar di dalam rangkaian Q,,terutama rangkaian 9,8,7,6,,
Q menjadi pesakitan yang tak berdaya,,di rangkaian Q menjadi tempat puluhan nyawa melayang sia-sia,,
sunyi diri hari itu menjadi ramai setelah Sang Anggrek menyeruduk Q dari belakang,,
kalau sudah seperti ini,,siapa kah yang seharus ny bertanggungjawab??

Q hanya bisa berdoa,,mudah-mudahan smua penumpang Q yang meregang nyawa di terima di sisi Nya,,amien,,