Rabu, 03 November 2010

Berburu Kereta Bersejarah



Komunitas ini berupaya melestarikan dan menyelamatkan aset kereta api dan segala macam perlengkapannya yang sarat dengan nilai sejarah.

Program mereka di antaranya merestorasi dan merevitalisasi lokomotif dan jalur kereta api. Indonesian Railway Preservation Society (IRPS) merupakan sebuah komunitas yang anggotanya berasal dari berbagai profesi.

Sesuai namanya, memang anggota komunitas ini memiliki kepedulian terhadap sejarah perkeretaapian nasional. Dan kepedulian itu tumbuh karena kecintaannya akan kereta api (KA).

Trisilo Harsono, 47 tahun, misalnya, menjadi anggota IPRS lantaran jatuh cinta menumpang KA sejak masih belia.

Warga Bandung ini mengenang sang ayah sering mengajaknya naik KA saat duduk di bangku SD. “Kebetulan ayah saya bekerja di PT KA (PT Kereta Api),” ucap Tri.

Dia menambahkan KA memunyai keunikan, mulai dari bentuk fisik sampai kecepatannya. Tri berkata selalu ada sensasi yang tak terlupakan setiap kali menumpang KA.

“Naik kereta api bisa menghilangkan stres, karena tidak terjebak macet,” jelas dia. Hal senada diungkap Pura Krisnamurti, anggota IRPS lainnya.

Pura menggemari KA sejak dirinya bolak-balik Bandung-Jakarta pada 1996-1997. Waktu itu dia bekerja di salah satu gedung perkantoran dekat kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

Jaraknya hanya selemparan batu dari Stasiun Gambir. Dia mengatakan waktu masih bekerja di Jakarta harus segera standby di Stasiun Bandung pada pukul lima.

Maklum, dia tidak ingin kehabisan tiket atau ketinggalan kereta api. Alasan serupa dikemukakan pula oleh Aswin, 30 tahun. Menurut Aswin, dirinya naik KA, khususnya Parahyangan, sejak 1998 saat masih kuliah di Bandung.

Aswin mengaku sangat menyukai moda transportasi yang satu ini karena bisa melihat pemandangan alam elok nan sedap dipandang mata. “Juga cepat serta murah,” tutur Aswin.

Karena kelebihan tersebut, sebagian besar orang menganggap KA bukan saja moda transportasi darat yang tidak bermakna.

Di mata anggota IRPS, KA bernilai sejarah dan memiliki fungsi sosial. Betapa tidak, Tri contohnya, bisa berkenalan dengan banyak orang gara-gara sering menumpang KA. Selain itu, anggota IRPS menilai KA menjadi bukti historis bangsa Indonesia.

Karena itu, IRPS terus berupaya merawat, merestorasi, dan merevitalisasi semua hal yang berkaitan dengan KA.

Namun, pada dasarnya, kehadiran IRPS berawal dari sejumlah orang yang tergabung dalam mailing list kerata api.

Mereka merupakan sekelompok pencinta kereta api yang sangat prihatin terhadap kondisi lokomotif atau gerbong KA yang teronggok begitu saja di sejumlah daerah. Misalnya lokomotif bernomor CC200 yang tidak terurus di Depot Kereta Cirebon pada 2001. Si kuda besi yang digerakkan mesin diesel ini sarat dengan nilai sejarah. 


Apalagi CC200 merupakan lokomotif mesin diesel pertama di Tanah Air yang didatangkan oleh Djawatan Kereta Api (sekarang PT KA) dari AS pada 1953-1954.

Setelah ditelusuri, para pelestari KA ini berhasil menemukan tiga lokomotif lainnya yang teronggok di depot tersebut, yakni CC200 08, CC200 09, dan CC200 15.

Kondisinya memprihatinkan, catnya terkelupas atau berkarat. Akhirnya, mereka pun sepakat untuk merestorasi lokomotif buatan General Electric ini.

Setelah menemukan “harta karun” tersebut, mereka melakukan diskusi maraton untuk merencanakan perbaikan lokomotif tersebut.

Mereka pun meluncurkan proposal bertajuk Friends of CC200 pada Oktober 2001 guna menggalang dana untuk memperbaiki lokomotif ini.

Agar program ini sukses, perintis IRPS ini menggandeng Indonesian Railway Modeler Club (IRMC). Tahun berikut, tepatnya Juni 2002, program ini mendapat lampu hijau dari petinggi PT KA.

Keberhasilan ini membuka gerbang bagi pendirian IRPS yang diresmikan pada 25 Juni 2002. Empat bulan berikutnya, IRPS berhasil menyelesaikan restorasi CC200 15.

Lokomotif ini bisa beroperasi kembali sejak Agustus 2003 sebagai lokomotif yang beroperasi mengumpulkan uang dari stasiun kecil (jalur Cirebon-Tanjung Rasa) seperti zaman kolonial Belanda. CC200 15 juga bertugas membawa gaji karyawan PT KA. Kiprah IRPS ini terdengar di telinga petinggi PT KA lainnya.

Karenanya, IRPS dikukuhkan menjadi mitra kerja PT KA sejak Januari 2003. Pengukuhan ini semakin memantapkan langkah IRPS untuk merawat dan merestorasi kereta api yang menjadi bagian sejarah perkeretaapian nasional.

Lantaran demikian, masyarakat umum tertarik menjadi anggota IRPS. Anggotanya nyaris tersebar di 33 provinsi, meliputi Daerah Operasi (Daops) 1-9.

Restorasi KA Tahun-tahun berikutnya, IRPS terus menggalakkan restorasi lokomotif lainnya yang tersebar di pelosok negeri ini. Lokomotif diesel BB200 misalnya, diajukan untuk dipreservasi pada 2006.

Program untuk lokomotif yang berada di Daops 4 (Semarang) ini diberi tajuk Friends of BB200. Tipe ini didatangkan dari AS pada 1957.

Sejumlah kegiatan sejenis terus dilakukan oleh IRPS. Karena anggotanya kerap kali mengunjungi depot-depot KA di penjuru Nusantara. Sebut saja depot kereta di Balai Yasa, Manggarai, Jakarta.

“Kami juga sering mengadakan jelajah jalur rute KA yang non-aktif,” papar Tri. Di samping itu, kegiatan IRPS lainnya adalah menggelar diskusi dan workshop tentang KA.

IRPS sengaja mengundang para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, di antaranya sejarawan dan arkeolog.

Salah satu tujuan penyelenggaraan acara tersebut untuk mengeluarkan rekomendasi yang dilanjutkan ke PT KA. Rekomendasi ini bisa menjadi acuan PT KA untuk merevitalisasi KA.

IRPS juga senantiasa menerjunkan tim khusus untuk memburu lokomotif yang tidak terawat di sejumlah tempat.

Mereka berupaya mengindentifikasi jejak keberadaan lokomotif beserta sejarahnya yang pernah digunakan pada zaman kolonial.

Karena itu, IRPS menjalin komunikasi dengan PT KA, Homme Heringa of Bureau Spoorbouwmeester, dan Ben de Vries of Netherlands Cultural Heritage Agency.

Kedua lembaga tersebut berasal dari Negeri Kincir Angin. IRPS dan ketiga lembaga tersebut menjalin jaringan kerja guna mengindentifi kasi stasiun kereta api.

Dari penelusura lapangan dan membaca sumber tertulis, akhirnya IRPS menyimpulkan ada 900 stasiun kereta api per September 2009.

Stasiun tersebut bernilai sejarah karena beroperasi sejak zaman Belanda. Sebagai contoh, IRPS menemukan staisun KA pertama di Indonesia yang dijumpai di kawasan tua di Semarang, Jawa Tengah.

Dua bulan setelah melakukan penelusuran dan penelitian secara mendalam, IRPS berhasil mengidentifikasi bahwa stasiun ini merupakan stasiun KA pertama di Indonesia.

Stasiun tersebut bernama Stasiun Samarang NIS yang berada sekitar dua km arah timur laut dari Stasiun Tawang saat ini. Lokasinya berada di pinggir Jalan Ronggowarsito.

Temuan itu berhasil menjelaskan kembali situs stasiun bersejarah di Indonesia yang sempat dinyatakan hilang.

Rute KA dari Stasiun Samarang NIS hingga Stasiun Tanggung yang berjarak sekitar 25 km, merupakan rute pertama KA yang dijalankan di Indonesia pada 1867.

Begitu Stasiun Tawang dibangun pada 1914, Stasiun Samarang NIS tak berfungsi lagi. Bagi masyarakat yang ingin berkontribusi merekonstruksi sejarah KA nasional, bisa bergabung di IRPS.

Untuk menjadi anggota IRPS hanya dipungut iuran tahunan sebesar 50 ribu rupiah. Setiap anggota akan mendapatkan kartu keanggotaan IRPS.

Keuntungan menjadi anggota adalah bisa berpartisipasi pada setiap program dan acara yang dihelat IRPS.

Tidak ada komentar: